Lawan 15 Partai, Pramono-Rano Karno Kibarkan Bendera Oranye

JAKARTA ― Kemenangan pasangan Pramono Anung dan Rano Karno di pilkada Jakarta, tak bisa dilepaskan dari ketepatan strategi politik yang mereka terapkan. Menghadapi Ridwan Kamil-Suswono yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, Tim Pemenangan Pramono-Karno benar-benar tak mau gegabah.

Dikepung koalisi berisikan 15 partai politik dengan bendera berwarna-warni, Pram-Doel, panggilan akrab keduanya, sengaja mengibarkan bendera oranye―yang identik dengan Jakarta. Warna merah, yang selama ini lekat dengan PDI-Perjuangan, partai tempat keduanya bernaung, tidak dimunculkan.

Strategi ini ampuh meredam gempuran KIM Plus. Warga Jakarta merasa terwakili di bawah panji oranye yang dikibarkan Pramono-Rano Karno di seantero Jakarta.

“Satu warna melawan melawan 14 warna enggak kelawan. Jakarta ini oranye, maka jangan coba-coba memakai baju biru di Jakarta,” kata Rano Karno dalam tayangan video wawancara, dikutip Rabu (18/12).

Pilihan langkah dalam palagan pilkada Jakarta ini lalu disampaikan Pramono Anung kepada Megawati Soekarnoputri. Mantan sekretaris kabinet itu meyakinkan Ketua Umum PDI-Perjuangan itu untuk tidak perlu terlibat terlalu dalam di pilkada Jakarta.

Merasa yakin mampu memenangkan pertempuran, Pramono memohon doa restu sekaligus meminta Megawati untuk mewakafkan dirinya kepada warga Jakarta.

Megawati menyetujui langkah tersebut. Dan, hasilnya, seperti kita tahu, nyaris tak ada warna merah dalam kampanye pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta nomor urut 3 tersebut.

Selain itu, Megawati juga tak terlihat ketika Pramono-Rano Karno menggelar berbagai kampanye, termasuk kampanye akbar pamungkas menjelang pemungutan suara pilkada Jakarta, akhir November lalu.

Begitulah, oranye benar-benar menyeruak sebagai identitas Pramono-Rano Karno. Warna yang menjadi karakter Jakarta, termasuk klub sepak bola Persija itu, berkibar di mana-mana.

Ketua Harian Tim Pemenangan Pramono-Rano Karno, Prasetyo Edi Marsudi, mengakui ketepatan strategi ini. Dengan tidak menunjukkan secara terang identitas dan simbol partai, dukungan masyarakat kepada Pram-Doel terlihat semakin meluas.

“Tujuannya untuk menghimpun seluruh dukungan. Hasilnya sukses dan mampu menyatukan semua golongan,” kata Prasetyo di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12) lalu.

Di lapangan, pilihan strategi ini gampang diterima masyarakat. Kelompok relawan pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (Ahokers) dan Anies Baswedan (Anak Abah) bisa berada dalam satu barisan. Begitu pula dengan ormas Betawi, seperti Forum Betawi Rempug (FBR) dan Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi), juga suporter militan Persija, The Jakmania, yang turut bergerak aktif mendukung Pramono-Rano Karno.

Melalui strategi ini, kekuatan keduanya di Jakarta semakin menguat, meski tidak menggunakan simbol dan atribut partai.

Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta telah menetapkan pasangan Pramono Anung-Rano Karno sebagai pemenang pilkada Jakarta dalam satu putaran. Ketetapan tersebut didasarkan pada hasil rekapitulasi perolehan suara tingkat provinsi yang mereka raih sebesar 2.183.239 atau 50,07 persen.

Sedangkan, posisi kedua ditempati pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono yang mendapatkan 1.718.160 suara, kemudian disusul pasangan dari jalur independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana yang meraih 459.230 suara. (*)

Tulisan Terkait