JAKARTA ― Calon gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung terus melakukan blusukan ke kampung-kampung menemui masyarakat. Dalam hitungann mantan sekretaris kabinet itu, sedikitnya ia telah mengunjungi lebih dari 125 titik di Jakarta.
Berdialog dan menjala masalah yang dirasakan rakyat, Pramono kerap menemukan kesenjangan di Jakarta. Banyak rakyat yang hidup dalam deraan kemiskinan.
Ia pun menceritakan kisahnya saat menyambangi ke Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Di sana ia bertemu seorang ibu bernama Sunny yang hidup berimpitan dengan 12 orang anggota keluarganya. Mirisnya, rumah sang ibu cuma memiliki dua tempat tidur. Alhasil, mereka harus tidur secara bergiliran: pagi, sore dan malam.
“Saya bertanya bagaimana tidurnya. Bu Sunny menjawab tidurnya dibagi menjadi tiga shift, pagi, sore, dan malam hari,” cerita Pramono pada debat kedua pilkada Jakarta yang digelar di Beach City Internasional Stadium, Ancol, Jakarta Utara, Minggu (27/10) malam.
Kondisi serupa juga ditemukan Pramono saat menyambangi kawasan lain, seperti Tanah Abang, Tambora, Taman Sari, juga tempat-tempat lain yang sebelumnya tidak pernah dibayangkannya. Dari sana ia melihat langsung, jurang kesenjangan antara si kaya dan miskin masih mengangga lebar.
“Saya menemukan banyak sekali warga yang hidupnya sangat kekurangan. Persoalan Jakarta adalah perbedaan atau disparitas kaya dan miskin,” lanjutnya.
Dari sinilah, Pramono Anung dan Rano Karno menetapkan visi misi, serta program-programnya untuk memajukan Jakarta beserta segenap warganya. Di antaranya, ia bertekad untuk mengentaskan kemiskinan dengan sejumlah cara.
“Untuk itu, kalau saya diberikan kesempatan menjadi gubernur Jakarta, maka saya dan bang Doel akan bekerja dengan sungguh-sungguh, paling utama dan terutama mengentaskan kemiskinan,” tegas Pramono.
Dalam programnya, untuk menjawab tantangan kemiskinan, Pramono-Rano Karno juga berusaha menurunkan biaya hidup serta menaikkan pendapatan warga Jakarta. Tujuannya, biar rakyat bisa hidup lebih sejahtera. (*)