JAKARTA ― Calon gubernur Jakarta, Pramono Anung sering terlihat mengenakan cukin Betawi. Di berbagai kesempatan, kain khas itu terlihat menghiasi lehernya. Blusukan di kampung-kampung, berdiskusi dengan anak-anak muda, atau menghadiri berbagai forum, cukin Betawi tak pernah lepas dari sosok mantan sekretaris kabinet tersebut.
Motif dan coraknya pun beraneka rupa. Ada yang bergambar ondel-ondel, tanjidor, delman, kerak telor, hingga Monumen Nasional atau Monas. Boleh dibilang cukin telah menjadi atribut yang selalu melekat pada dirinya.
Pramono menjelaskan, mengenakan cukin bukan sekadar style. Bagi dia, cukin lebih dari sekadar fashion statement karena ada simbol kuat yang melekat di dalamnya.
“Saya pakai cukin ini bukan hanya karena nyaman, tapi karena ada simbol di baliknya. Ada unsur kolaborasi yang kuat di cukin,” terang Pramono melalui video yang diunggah di Instagram pribadinya, dikutip Minggu (27/10).
Dia bilang, kendati kental dengan budaya Betawi, tapi kain tersebut juga dipengaruhi tradisi dan gaya busana masyarakat Tionghoa. Lama tinggal di Betawi, akhirnya terjadi akulturasi budaya.
Pengaruh Tionghoa yang sangat kuat itu, disebut Pramono menjadi lambang persatuan dan kolaborasi.
“Cukin sendiri ada pengaruh Tionghoa, dan menurut saya ini melambangkan persatuan dan kolaborasi,” tuturnya.
Hal ini menyimbolkan, walaupun berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, namun semua bisa menciptakan keindahan bersama-sama.
“Jadi kalau ditanya kenapa saya pakai cukin? Ini bukan sekadar gaya, tapi juga filosofi hidup saya,” tandasnya.
Melalui kolaborasi dengan semua pihak, tanpa memandang perbedaan, ia optimistis bisa menciptakan Jakarta yang lebih indah, nyaman dan kuat.
Kini, gaya Pramono memakai cukin banyak diikuti para pendukungnya. Hal ini membuat para pedagang cukin mendapatkan berkah, cuannya kian berlimpah. (*)