Lima Faktor Pendorong Keunggulan Pramono-Rano Karno

Oleh: Saidiman Ahmad
(Program Manager SMRC)

DUKUNGAN pada Pramono Anung-Rano Karno terus menguat menjelang hari H pemilihan gubernur Jakarta. Jajak pendapat mutakhir yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 10-17 Oktober 2024, menunjukkan dukungan publik Jakarta pada pasangan Pramono–Rano sudah mencapai 41,6 persen. Sementara, dukungan pada Ridwan Kamil–Suswono 37,4 persen dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana 6,6 persen.

Dukungan pada Pramono-Rano mengalami penguatan signifikan dalam sebulan terakhir, sekitar 13,2 persen, dari 28,4 persen di awal September menjadi 41,6 persen di pertengahan Oktober. Sebaliknya, pasangan Ridwan-Suswono yang merupakan kompetitior terkuat Pramono-Rano, mengalami penyusutan dukungan 14,4 persen, turun dari 51,8 persen di awal September menjadi 37,4 persen di pertengahan Oktober 2024. Ini untuk pertama kalinya angka absolut dukungan pada Pramono-Rano melampaui dukungan pada Ridwan-Suswono.

Selain cenderung unggul, dukungan pada pasangan Pramono-Rano juga terlihat lebih solid dan kuat dibanding pasangan lain. Dari keseluruhan warga yang sekarang memilih Pramono-Rano, 75,6 persen di antaranya menyatakan kecil atau sangat kecil kemungkinan untuk mengubah pilihan, sementara yang menyatakan masih mungkin berubah hanya sekitar 23,4 persen. Bandingkan, misalnya, dengan pemilih Ridwan-Suswono. Dari semua pemilih RK-Suswono, yang menyatakan tidak akan mengubah pilihan 69,6 persen dan yang masih mungkin berubah 29,1 persen.

Survei ini menunjukkan masih ada sekitar 27,7 persen publik yang masih mungkin mengubah pilihan, sementara yang sudah mantap pilihannya sekitar 71,1 persen. Artinya potensi untuk pergeseran suara masih mungkin terjadi. Nah, data sebelumnya menunjukkan bahwa kalau pun ke depan suara publik Jakarta berubah, maka yang paling mungkin mendapatkan tambahan suara adalah pasangan Pramono-Rano. Alasannya adalah bahwa pemilih kuatnya lebih banyak dan pada saat yang sama pemilih lemahnya lebih sedikit dibanding pasangan lain. Logikanya, para pendukungnya sekarang akan sulit ditarik pasangan lain. Sebaliknya, Pramono-Rano punya peluang lebih besar menarik dukungan dari warga yang sekarang masih memilih pasangan lain.

Pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan suara pasangan nomor 3 ini menguat dan potensial terus menguat mengungguli yang lain? Setidaknya ada lima faktor yang penting.

Pertama, popularitas dan tingkat penerimaan publik pada Rano Karno yang sangat besar. Survei ini menunjukkan 96,2 persen warga Jakarta sudah mengenal Rano. Pengenalan ini bahkan melampaui Ridwan Kamil yang dikenal 94,7 persen warga. Selain dikenal luas, Rano Karno juga memiliki tingkat penerimaan publik paling besar, 86,8 persen, jauh di atas Ridwan Kamil yang memiliki tingkat likeability 73 persen. Rano Karno membawa elektabilitas yang cukup besar pada pasangan nomor tiga. Mungkin karena Rano lebih dipersepsi sebagai tokoh yang paling mewakili Jakarta, khususnya etnis Betawi yang merupakan salah satu suku terbesar di Jakarta, selain Jawa.

Kedua, faktor Pramono Anung. Bulan lalu, September 2024, Pramono baru dikenal sekitar 45,8 persen warga, sekarang, Oktober 2024, sudah 61,2 persen. Dalam sebulan terakhir, kedikenalan Pramono Anung meningkat 15,4 persen, angka ini dekat dengan peningkatan suara Pramono-Rano 13,2 persen pada periode yang sama. Peningkatan popularitas ini juga diikuti dengan peningkatan penerimaan publik padanya, dari 55,6 persen menjadi 67,4 persen. Likeability Pramono sekarang semakin mendekati tingkat likeability Ridwan. Ke depan, popularitas atau kedikenalan Pramono masih mungkin bertambah, berbeda dengan Ridwan Kamil yang sudah mentok karena hampir semua warga Jakarta sudah kenal. Pada kondisi kedikenalan yang sama, besar potensi dukungan publik pada Pramono akan semakin menguat.

Ketiga, faktor debat. Survei LSI ini menemukan bahwa penonton debat pertama pada 6 Oktober lalu hanya 30,3 persen. Dari yang menonton debat tersebut, 46,3 persen menyatakan Pramono-Rano tampil paling baik, Ridwan-Suswono hanya 33,3 persen, dan Dharma-Kun 7,6 persen. Pada aspek program kerja dan cara menyampaikannya, Pramono-Rano juga dinilai unggul dari calon-calon lainnya. Yang terpenting adalah bahwa survei ini menemukan bahwa ada hubungan linear antara yang menyatakan calon tertentu unggul dalam debat dengan pilihan politiknya. Dari yang menyatakan Pramono-Rano unggul atau tampil baik, 81,3 persen menjatuhkan pilihan padanya.

Artinya, debat pertama lebih banyak menguntungkan secara elektoral pasangan Pramono-Rano karena lebih banyak penonton yang menyatakan mereka menang debat dan umumnya yang menyatakan mereka unggul dalam debat menjatuhkan pilihan padanya. Karena itu, semakin banyak penonton debat, kemungkinan keunggulan Pramono-Rano menjadi lebih terbuka.

Keempat, faktor tagline. Survei LSI menemukan bahwa tagline Ridwan-Suswono dan tagline Pramono-Rano memiliki tingkat kedikenalan yang hampir sama, 47 persen untuk tagline RK-Suswono dan 43,4 persen untuk tagline Pramono-Rano. Yang membedakannya adalah tagline Ridwan-Suswono “Jakarta Baru, Jakarta Maju” kurang atau bahkan tidak memiliki efek elektoral positif pada pasangan nomor satu itu. Dari yang suka tagline tersebut, 41,2 persen memilih RK-Suswono, sementara yang memilih Pramono-Rano 41,4 persen. Artinya tidak ada efek pada kedua calon yang bersaing.

Ini berbeda dengan efek tagline “Jakarta Menyala, Kagak Ribet, Dah!” milik Pramono-Rano. Bagi yang suka tagline itu, 51,1 persen memilih Pramono-Rano, sementara yang memilih RK-Suswono hanya 33,1 persen. Tagline ini, jika semakin dipopulerkan, potensial akan mendatangkan manfaat elektoral bagi pasangan Jakarta Menyala tersebut. Sebaliknya, tagline Jakarta Baru tidak punya efek positif, bahkan bisa jadi berdampak buruk pada pemiliknya. Alasannya jelas, karena warga Jakarta puas dengan kinerja gubernur sebelumnya, Anies Baswedan. Kalau kinerja Anies diapresiasi, apanya yang mau dibaru-barukan? Begitu kira-kira alam pikiran warga Jakarta.

Selain empat faktor di atas, ada satu faktor tambahan yang cukup penting, yakni faktor Anies. Studi eksperimental yang dilakukan LSI pada September 2024 menunjukkan Anies bisa memiliki efek elektoral jika dia mendukung Pramono-Rano. Studi itu menunjukkan, jika Anies mendukung Pramono-Rano, suara RK-Suswono potensial mengalami penurunan. Anies memang belum mendeklarasikan dukungan pada calon mana pun. Namun sejumlah peristiwa sebulan terakhir memberi petunjuk di mana posisi politik Anies dalam pilgub Jakarta.

Sesaat setelah pengumuman calon dari PDI-Perjuangan, Anies bertemu dengan Pramono dan Rano di pinggir jalan disaksikan banyak orang. Walau pun mereka menyatakan pertemuan itu kebetulan, tapi pertemuan itu menjadi tonggak penting dalam pergeseran dukungan sejumlah tokoh penting di sekitar Anies. Beberapa kelompok relawan yang selama ini dikenal luas sebagai loyalis Anies mulai muncul secara terang-terangan memberi dukungan pada Pramono-Rano―misalnya yang dilakukan Geisz Chalifah.

Survei LSI ini bahkan menemukan pendukung PKS, yang merupakan sumber utama loyalis Anies, tidak lagi solid mendukung calon yang diusung elit partainya. Hanya 33,9 persen pemilih PKS sekarang yang mendukung RK-Suswono. Sementara yang lari ke pasangan Pramono-Rano sudah mencapai 42,2 persen.

Bukan hanya PKS, secara keseluruhan, pada tingkat massa, 15 partai pendukung Ridwan Kamil terlihat tidak solid berada di belakang Ridwan Kamil. Elektabilitas 37,4 persen itu sangat jauh dari basis kekuatan massa 15 partai pendukungnya yang seharusnya sekitar 83,1 persen. Sebaliknya suara Pramono-Rano yang sekarang mencapai 41,6 persen justru jauh lebih besar dari basis massa dua partai pendukungnya sekitar 14,4 persen.

Kombinasi lima faktor inilah yang mendorong penguatan suara Pramono-Rano dalam satu bulan terakhir. Pilkada Jakarta masih akan dinamis. Belum ada pasangan yang bisa dinyatakan memegang kendali. Namun data terakhir LSI ini berhasil menggesar analisa banyak kalangan.

Sebelum temuan LSI ini, pertanyaan yang kerap muncul adalah apakah pilkada Jakarta akan dimenangkan oleh RK-Suswono dalam satu putaran atau dia akan berhadapan dengan Pramono-Rano di putaran kedua? Setelah survei LSI ini muncul, pertanyaanya berubah menjadi apakah Pramono-Rano akan memenangkan pertarungan dalam satu putaran atau akan menghadapi RK-Suswono di putaran kedua? Pertarungan ini semakin menarik. (*)

Tulisan Terkait